Siaran Pers: WALHI Sulawesi
Selatan
.
Bulukumba,Sulsel. Sekitar 3000 petani
Bulukumba dari 10 desa yang tergabung dalam ranting Aliansi Gerakan Reforma
Agraria (AGRA) Bulukumba, melakukan pendudukan di areal perkebunan Karet
PT.Lonsum sejak 12 Agustus hingga saat ini. Pendudukan lahan ini dilakukan
sebagai bentuk perjuangan untuk mendapatkan kembali hak atas tanah mereka yang
diklaim telah dirampas oleh PT.Lonsum sejak puluhan tahun yang lalu. Sebelumnya,
pada tanggal 12 Agustus, sekitar 1000 petani melakukan aksi di kantor bupati
Bulukumba untuk menuntut penyelesaian konflik tersebut. Massa aksi melakukan
pertemuan dengan kepala bidang Pertanahan dan Kesbang Pemda Bulukumba sebagai
perwakilan Bupati Bulukumba.
Dalam pertemuan tersebut,
pimpinan aksi menyampaikan tuntutannya. Amiruddin sebagai salah satu pimpinan
aksi menyampaikan bahwa "kami menuntut ada upaya penyelesaian konflik
lahan dengan PT.Lonsum yang terus berlarut-larut. Kami menginginkan adanya
mediasi yang dipimpin langsung oleh Gubernur Sulawesi Selatan dan dilakukan di
lokasi konflik."
Tuntutan tersebut ditanggapi
oleh perwakilan Pemda Bulukumba yang disampaikan oleh Kepala Bidang Pertanahan.
"Pemda Bulukumba juga mengupayakan adanya penyelesaian konflik secepatnya.
Kami akan segera menyampaikan tuntutan petani kepada Gubernur Sulawesi Selatan
agar segera ada proses mediasi", tegasnya.
Massa aksi meninggalkan
kantor bupati Bulukumba saat sore hari. Mereka melanjutkan aksi dengan
membangun 40 tenda di areal perkebunan karet. Aksi ini sebagai bentuk
kekecewaan atas proses penyelesaian yang berlarut-larut dan tidak ada kepastian
hingga saat ini. "Kami akan terus melakukan pendudukan di lahan ini sampai
ada jaminan yang jelas dari Gubernur Sulsel untuk menyelesaikan kasus ini
secepatnya. "Kami tidak akan melakukan tindakan yang merusak sepanjang
upaya mediasi dan hak atas tanah petani yang telah dirampas dapat dikembalikan."
pungkas Amir sebagai salah satu pimpinan organisasi.
Zulkarnain Yusuf, Direktur
WALHI Sulawesi Selatan sebagai oranisasi yang konsisten mendukung perjuangan
petani di Bulukumba menyampaikan bahwa "Kasus ini telah berlangsung
puluhan tahun. Petani telah kehilangan tanahnya dan mengalami penderitaan yang
panjang. Sudah saatnya harus ada penyelesaian konflik yang tegas dan
mengembalikan tanah petani yang telah dirampas. Seluruh pihak diharapkan dapat
membantu perjuangan petani sebagai bentuk perlawanan terhadap segala bentuk
perampasan tanah rakyat di Sulawesi Selatan dan Indonesia pada umumnya. Kita
harus menggalang konsolidasi yang kuat untuk mendukung petani di
Bulukumba."
Hingga saat ini, pendudukan
di perkebunan berlangsung tertib dan kondusif. Ribuan petani masih terus
semangat dalam seluruh agenda perjuangan. Puluhan aparat dari Kepolisian dan
TNI juga telah disiapkan di lokasi untuk pengamanan. Menanggapi kondisi ini,
Amir menegaskan bahwa "aksi tidak bertujuan untuk melakukan pengrusakan
ataupun tindakan anarkis. Kami hanya ingin menunjukkan keseriusan dalam
berjuang sehingga seluruh pihak yang berwenang tidak main-main dalam persoalan
ini dan segera menyelesaikan konflik. Kami sudah sangat lama menderita. Kami
adalah korban dan bukan pelaku kejahatan."
"Melalui aksi ini juga
kami tegaskan bahwa tuntutan kami; pertama, mendesak Gubernur Sulawesi Selatan dan
Pemda Bulukumba untuk segera memediasi penyelesaian konflik antra petani dan
PT.Lonsum. Kedua, kami menuntut kepada aparat keamanan baik Polisi ataupun TNI
untuk tidak melakukan tindakan represif dalam pengamanan yang dilakukan.
Ketiga, menghimbau seluruh pihak untuk melawan segala bentuk perampasan dan
monopoli tanah dan mendukung perjuangan petani di Bulukumba."Tegasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar