Pages

Jumat, 08 Februari 2013

Tambang PT. GALENA

Wilayah konsesi PT. Galena merupakan wilayah rawan bencana ekologis...
demi keselamatan hidup rakyat... PT. Galena mesti di tolak!!!

Kamis, 07 Februari 2013

Tambang dalam Kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung (Karst Maros-Pangkep)

A. Latar Belakang
Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung merupakan salah satu kawasan Taman Nasional yang terluas di Indonesia, yang ditetapkan melalui Kepmen Kehuatanan RI No. SK.398/Menhut-II/2004, yang merupakan penggabungan dari beberapa fungsi-fungsi sebelumnya yakni: Cagar Alam, Taman Wisata Alam, Hutan Lindung, Hutan Produksi Tetap dan Hutan Produksi Terbatas, dengan luas secara keseluruhan ± 43.750 Ha. TN. Babul ditetapkan dengan didasarkan pada keunikan fenomena alam yang ada dalam kawasan tersebut, selain itu kawasan tersebut adalah kawasan karst terluas di Indonesia dan merupakan karst klas I (meskipun sebagian karst tidak dimasukkan dalam kawasan taman nasional). Oleh karena itu kawasan karst Maros-Pangkep adalah suatu kawasan yang wajib dilestarikan karena memiliki kedudukan yang sangat penting dalam perlindungan sistem tata air di Sulawesi Selatan karena merupakan sumber mata air yang mengaliri beberapa DAS penting yang ada di Sulawesi Selatan, misalnya DAS Wallanae yang merupakan sumber pasokan air utama untuk danau tempe yang merupakan pemasok utama irigasi untuk pertanian di beberapa kabupaten yang ada di Sulawesi Selatan. Selain itu banyak satwa endemik yang hidup di Kawasan Karst Maros-Pangkep yang tidak dijumpai di daerah lain, yang memiliki peran penting dalam keseimbangan ekosistem alam. Berdasarkan hasil penelitian, dalam kawasan karst Maros-Pangkep juga banyak ditemukan situs sejarah. Dengan demikian, kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung (Karst Maros-Pangkep) merupakan warisan sejarah yang memiliki fungsi yang sangat vital dalam keberlanjutan kehidupan rakyat Sul-Sel.
B. Gambaran Kawasan
Letak Kawasan
Secara administratif Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung terletak di kab. Maros dan Kab. Pangkep. Dengan letak geografis 11934’17” - 119°55'13"BT dan 4°42'49" - 5°06'42"LS. Terletak di 10 Kecamatan dan 40 Kelurahan/Desa.
Zonasi Kawasan
Penataan kawasan dibagi ke dalam beberapa zona, yaitu:
1. Zona inti; kegiatan yang dapat dilakukan dalam zona inti hanya kegiatan monitoring, tidak diizinkan melakukan kegiatan yang bersifat mengubah bentang alam.
2. Zona rimba; dapat dilakukan kegiatan penelitian, pendidikan, wisata terbatas dan budidaya, kegiatan yang bersifat mengubah bentang alam dilarang. Pemanfaatan zona ini hanya diizinkan untuk pemanfaatan yang bersifat tradisional.
3. Zona pemanfaatan; kegiatan penelitian, pendidikan dan wisata alam, serta penangkaran jenis dapat dilakukan dalam zona ini. Tidak dibolehkan melakukan kegiatan yang bersifat mengubah bentang alam, pemanfaatan secara tradisional dibolehkan.

Geologi dan Tanah
Formasi geologi kawasan TN. Babul dikelompokkan menurut jenis batuan, yakni:
1. Formasi Balang Baru. Terdiri dari perselingan serpih dengan batu pasir, batu lanau dan batu lempung dengan struktur batuan berlapis. Satuan batuan ini adalah batuan sedimen yang terletak di Kec. Mallawa.
2. Batuan Gunung Api Terpropilitkan. Terdiri dari breksi dan lava yang bersifat andesitic, trakit dan basal. Batuan ini terdapat di Kec. Tanralili, Kab. Maros.
3. Formasi Mallawa. Terdiri dari batu pasir kuarsa, batu lanau, batu lempung dan konglomerat, dengan sisipan atau lensa batubara. Terdapat di Kec. Watang Mallawa dan Bantimurung.
4. Formasi Tonasa. Formasi ini terdiri dari batu gamping pejal, bioklastik, kalkarenit, koral dan kalsirudit bersisik yang mengandung mineral glauconit dan napal dengan sisipan breksi batu gamping.
5. Formasi Camba. Formasi terdiri dari perselingan batuan sedimen laut dan batuan gunung api, yaitu batu pasir tufaan berselingan dengan tufa, batu pasir, batu lanau dan batu lempung. Dan juga sisipan napal, batu gamping dan batubara.
6. Batuan Gunung Api Formasi Camba. Batuan ini terdiri dari breksi, lava dan konglomerat yang terdiri dari pragment andesit dan basal, matriks dan semen tufa halus hingga pasiran.
7. Batuan Gunung Api Baturape-Cindako. Terdiri dari lava dan breksi gunung api, bersisipan tufa dan konglomerat yang banyak mengandung firoksin.
8. Batuan Terobosan. Terdiri dari granodiorit, andesit, diorite, trakit dan basal piroksin.
9. Endapan Aluvium. Terdiri dri endapan aluvium sungai berupa bongkah, kerakal, kerikil, pasir dan lempung. (Sumber data: RPJP TN. Babul 2008-2027 Kab. Maros dan Pangkep).

Secara umum jenis tanah yang ditemukan pada kawasan karst Maros-Pangkep adalah tanah yang kaya akan kalsium dan magnesium, yakni:
1. Tanah jenis Rendolls. Memiliki kandungan bahan organic yang sangat tinggi sehingga berwarna kehitaman.
2. Eutropepts. Jenis tanah ini merupakan turunan dari inceptisol. Jenis tanah ini sangat dangkal dan berwarna terang.

Topografi dan Kelerengan
Bentuk permukaan kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung bervariasi dari datar, bergelombang, berbukit dan gunung. Puncak tertinggi terletak pada ketinggian 1.565 m.dpl di sebelah utara pegunungan Bulusaraung. Puncak gunung Bulusaraung sendiri terletak pada ketinggian 1.353 m.dpl, dengan ciri topografi relief tinggi, lereng terjal dan tekstur topografi yang kasar. Ciri daerah perbukitan adalah bentuk relief dan tekstur topografi halus sampai sedang, bentuk lereng sedang sampai rendah, bentuk bukit tumpul dan lembah yang sempit sampai melebar, yang terdiri dari kelompok perbukitan intrusi, sedimen dan karst. Sedangkan daerah dataran memiliki bentuk permukaan lahan yang datar sampai sedang dan sedikit bergelombang, relief rendah dan tekstur topografi halus, yang terletak di antara perbukitan karst yang berbentuk menara.

Fungsi Hidrologi (Karst)
Kawasan karst Maros-Pangkep terdiri dari beberapa tipe ekosistem, antara lain ekosistem hutan di atas batuan karst, dan ekosistem hutan hujan. Sebagian besar karst berbentuk menara (the spectacular tower karst) yang memiliki keunikan. Karst Maros-Pangkep mampu menyimpan air selama 3-4 bulan setelah musim hujan, sehingga sungai bawah tanah dan mata air di kawasan karst mengalir sepanjang tahun dengan kualitas air yang baik. Sumber mata air dari beberapa sungai besar di Sulawesi Selatan adalah dari kawasan Taman Nasional bantimurung –Bulusaraung (Karst Maros-Pangkep), antara lain: sungai Wallanae yang merupakan sumber air utama dari danau tempe, sungai pangkep, sungai bone (Pangkep), sungai pute dan sungai bantimurung. Selain itu, ditemukan juga beberapa mata air dan sungai-sungai kecil, serta aliran bawah tanah/danau bawah tanah pada sistem perguaan.
Potensi Wisata
Berbagai jenis potensi wisata dapat dikembangkan dalam kawasan taman nasional Bantimurung – Bulusaraung, antara lain:
1. Wisata tirta, misalnya pada air terjun Bantimurung, patunuang asue/biseang labboro, dll.,
2. Wisata alam susur gua atau caving dapat dilakukan di banyak tempat dalam kawasan karst taman nasional, dimana terdapat banyak gua dengan keindahan yang menarik,
3. Caving untuk tujuan wisata budaya, terdapat banyak kawasan arkeologis atau situs sejarah dalam kawasan taman nasional,
4. Wisata atraksi satwa, seperti keindahan warna-warni kupu-kupu di habitat aslinya, kera hitam sulawesi, tarcius spectrum, dll
5. Tracking,
6. Menara-menara karst yang memiliki keindahan dan keunikan,
7. Dll.

C. Kondisi masyarakat di sekitar kawasan
Sosial Ekonomi
Mayoritas masyarakat yang berada di sekitar kawasan merupakan petani, dengan alat produksi yang masih tradisional. Dengan demikian potensi kerusakan kawasan taman nasional yang disebabkan oleh aktifitas bertani masyarakat sangat kecil kemungkinan bisa terjadi. Secara umum masyarakat yang berada di sekitar kawasan dari aspek ekonomi masih berada pada kategori miskin, hal ini didasarkan pada

Budaya
Etnis Bugis-Makassar yang menganut agama Islam merupakan bagian besar dari penduduk yang menghuni kawasan sekitar Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung. Kabupaten Maros dan Pangkep merupakan daerah peralihan antara wilayah etnis Bugis dengan wilayah etnis Makassar, sehingga masyarakat yang berada di wilayah tersebut umumnya mampu berbahasa Bugis dan Makassar. Pada beberapa kecamatan di Kabupaten Maros dan Pangkep, terdapat komunitas yang menggunakan bahasa Dentong dan bahasa Makassar berdialek Konjo.
Sistem kepercayaan dan budaya masyarakat Maros, Pangkep dan Bone sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya Bugis-Makassar dan Islam. Nilai-nilai budaya yang berlaku masih dijunjung tinggi oleh masyarakat di wilayah tersebut.
Masyarakat agraris pada umumnya mempunyai aktifitas rutin dalam hal pertanian, hal ini pun terjadi pada masyarakat yang menghuni kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, mulai dari persiapan lahan, penanaman dan panen. Semangat gotong royong dalam pembuatan atau perbaikan saluran air, jalan desa dan ritual budaya masih terpelihara dengan baik. Masyarakat mengadakan tudang sipulung (duduk Bersama) untuk menentukan musim panen bersama aparat desa. Seperti masyarakat bugis-makassar, disanapun dilaksanakan kegiatan Mappadendang sebagai ucapan rasa syukur yang dilaksanakan setelah musim panen padi. Disamping itu, dikenal berbagai budaya lokal yang terkait dengan sistem kepemilikan (sanra, teseng, dan pewarisan) dan perkawinan yang berkaitan dengan budaya agraris.
Pendidikan
Kondisi pendidikan masyarakat pada wilayah-wilayah di sekitar kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung sampai dengan tahun 2006 dapat dianggap masih cukup rendah. Berdasarkan data kondisi pendidikan, persentase jumlah pelajar dari total populasi penduduk hanya sebesar 19,07%. Sebagai bahan perbandingan, jumlah populasi masyarakat seluruh Kabupaten Maros yang berada dalam usia sekolah (dengan asumsi usia 5 hingga 19 tahun) sebanyak 102.836 jiwa atau ± 34,56% dari total populasi 297.618 jiwa. Dengan menggunakan angka prosentase populasi penduduk seluruh Kabupaten Maros yang berada dalam usia sekolah, dibandingkan dengan prosentase jumlah pelajar dari total populasi penduduk di sekitar kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung yang hanya sebanyak 19,07%, maka terdapat sekitar 55% atau lebih dari separuh penduduk usia sekolah yang tidak bersekolah di sekitar kawasan taman nasional. Kenyataan yang demikian ini dapat digunakan sebagai salah satu peringatan atau indikasi bahwa tekanan terhadap kawasan taman nasional masih akan tetap tinggi hingga dua atau tiga dekade yang akan datang. Populasi penduduk ini sebagian besar masih akan menggantungkan kebutuhan ekonominya dari bidang-bidang pertanian (yang membutuhkan lahan), yang disebabkan oleh lemahnya daya saing untuk memperoleh jenis pekerjaan lain yang mempersyaratkan pendidikan.
D. Fakta-Fakta lapangan
1. Terdapatnya perusahaan tambang dalam kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung.
2. Seluruh perusahaan tambang marmer berada dalam kawasan karst kelas I
3. Kawasan pengganti izin pinjam pakai kawasan tidak jelas lokasinya.
4. Adanya tumpang tindih tapal batas Taman Nasional dan wilayah kelola masyarakat
5. Adanya alif fungsi lahan dibeberapa titik.
6. Produktifitas pertanian mengalami penurunan akibat pencemaran perusahaan pertambangan.
WALHI Sul-Sel

Monopoli tanah secara besar-besaran oleh PT. Galena di Kab. Sinjai, selain mengancam keselamatan hidup rakyat, juga dipastikan akan merampas hak kelola (basis produksi) rakyat di 27 Desa...

chivasrhyo@gmail.com